Senin, 03 Februari 2014

RANCANG BANGUN TUGAL KEDELAI SEMI MEKANIS MENGGUNAKAN PENAKAR TIPE PLAT GESER




BAB 1. PENDAHULUAN
  
1.1 Latar Belakang
Kedelai merupakan komoditi pertanian yang cukup bernilai ekonomis tinggi yang banyak dibutuhkan sebagai bahan baku makanan penghasil protein nabati. Pada massa belakangan ini dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk dan adanya peralihan konsumsi makanan masyarakat yang lebih alami, makanan yang berasal dari bahan baku kedelai ini seperti susu kedelai, tempe, dan tahu mengalami peningkatan. Dengan peningkatan konsumsi tersebut tentunya kebutuhan akan bahan baku kedelai juga mengalami peningkatan. Dalam kenyataannya yang seperti itu produksi kedelai di Indonesia tidak mengimbangi dengan kebutuhan. Hal ini oleh pemerintah disiasati dengan impor dari negara lain, sedangkan produksi kedelai itu sendiri tidak mengalami peningkatan.
Dalam upaya peningkatan produksi kedelai tentunya perlu didukung teknologi yang lebih baik, salah satunya pada bidang alat tanam yang digunakan. Diharapkan dengan penggunaan alat tanam kedelai yang lebih modern dapat mempermudah dan mempercepat petani dalam penanaman kedelai. Hal inilah yang menjadi dasar penelitian ini yaitu merancang dan membuat alat tanam kedelai, dimana dari alat tanam yang awalnya hanya dapat membuat lubang saja, dikembangkan menjadi alat tanam kedelai yang dapat membuat lubang, mengatur, serta memasukkan benih kedelai langsung dalam lubang.
Alat tanam kedelai yang dibuat pada penelitian ini disepesifikasikan untuk kedelai jenis wilis, karena jenis kedelai ini banyak ditanam oleh petani.  Alat yang dibuat darancang untuk dapat digunakan oleh semua petani muda maupun tua, laki-laki maupun perempuan. Penggunaan alat tanam kedelai yang ada (tradisional), untuk menentukan jumlah dan memasukkan benih kedelai dilakukan secara manual sambil membungkuk sehingga waktu yang diperlukan relatif lama. Sedangkan alat tanam kedelai yang dibuat pada penelitian ini, untuk mengoperasikannya pengguna cukup dengan berdiri dan menekan tuas penekan  saja, maka benih langsung masuk dalam lubang dengan jumlah yang sesuai, sehingga pengerjaan penanaman relatif lebih cepat.

1.2 Rumusan Masalah
Penelitian ini berdasarkan bagaimana merancang dan membuat alat tanam kedelai, dan bagaimana menentukan komponen serta sistem kerja pembuat lubang, pengatur jumlah benih, dan sistem pemasukan benih dalam lubang. 

1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu sebagai berikut:
a1. merancang dan membuat alat penanam benih kedelai yang dapat memasukkan benih secara  langsung dalam lubang;
b2. menguji kinerja alat yang telah dibuat.

1.4 Manfaat
Manfaat penelitian ini yaitu sebagai berikut:
a1. dapat mempermudah proses penanaman benih kedelai dimana dengan alat ini penanaman kedelai tidak perlu memasukkan dan mengatur jumlah kedelai yang masuk secara manual;
b2. dengan menggunakan alat yang dihasilkan dapat mempercepat pekerjaan dengan jarak tanam yang teratur dan jumlah benih perlubang sesuai dengan yang diharapkan sehingga kebutuhan benih dapat dihitung dengan tepat.
 
  
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sifat Fisik Kedelai
        Panjang benih kedelai Indonesia berkisar antara 5,20-7,28 mm, lebar 4,67-5,78 mm dan rasio panjang lebar berkisar 1,11-1,34. Berdasarkan rasio panjang/lebar, maka bentuk benih kedelai semua varietas yang diuji dapat digolongkan agak bulat sampai lonjong. Apabila dibandingkan dengan panjang kedelai impor (7,150 mm), varietas Pangrango merupakan satu-satunya varietas yang mempunyai panjang benih yang lebih besar, sedangkan untuk lebar benih, seluruh varietas kedelai Indonesia memiliki lebar yang lebih kecil daripada kedelai impor (6,270 mm).
Berat 100 benih varietas kedelai yang diamati berkisar antara 6,35 g hingga 10,767 g, sedangkan kedelai impor memiliki berat 15,30 g. Berat 100 benih dapat digunakan sebagai ukuran besar benih. Seluruh kedelai Indonesia memiliki berat yang lebih rendah dari kedelai impor (Yuwono, Tanpa Tahun).
Tabel 2.1 Panjang, Lebar dan Rasio Panjang/Lebar Kedelai Indonesia
Varietas
Panjang (mm)
Lebar (mm)
Rasio Panjang/Lebar
Berat 100 benih (g)
Malabar
6,73
5,78
1,16
10,767
Slamet
6,97
5,20
1,34
8,517
Lumajang Bewok
6,23
5,50
1,13
8,467
Lompo Batang
6,57
5,30
1,24
9,783
Petek
5,20
4,67
1,11
6,350
Wilis
6,92
4,45
1,27
10,250
Pangrango
7,28
5,60
1,30
10,483
Singgalang
6,62
5,67
1,17
8,450
Sindoro
5,75
4,76
1,21
6,550
Davros
5,73
5,07
1,13
7,303
Sumber: Yuwono. ( Tanpa Tahun).

   2.2 Budidaya Tanaman Kedelai
Di Indonesia, kedelai ditanam pada tanah bekas padi sawah dan pada tanah tegalan. Pada tegalan pengolahan tanah sangat diperlukan agar didapat hasil kedelai yang baik. Tetapi pengolahan tanah pada permukaan lereng hendaknya dilakukan secara terasering agar erosi permukaan tanah dapat diperkecil.
Jika bertanam kedelai di tanah bekas tanaman padi, persiapan tanah cukup dengan membabat jerami padi sampai pada permukaan tanah, kemudia langsung dibuat lubang tanaman dengan tugal. Penanaman kedelai tanpa pengolahan ini dilakukan semata-mata untuk dapat lebih memanfaatkan sisa air setelah penanaman padi sawah.
Pada tanah yang cukup lembab, kedelai akan berkecambah meskipun kondisi tanah kasar. Tetapi pada tanah yang terbuka kelembaban akan menjadi rendah terutama pada musim kering. Jika singgungan antar kulit benih dengan tanah berada pada permukaan yang sempit maka pemindahan air dari lapisan film pada partikel tanah kurang efektif.
Karena kebiasaan petani dalam menanam kedelai dengan menugal tanpa diadakan penutupan kembali, maka bekas tugalan yang menghasilkan huruf V seperti pada gambar 3 relatif lebih baik daripada posisi gambar 2 dan gambar 1. Sebab luas singgungan kulit benih kedelai dengan partikel  tanah akan lebih besar. Ketiga posisi dalam gambar sangat mudah didapatkan yaitu dengan mengatur ujung alat penugal (Suprapto, 1999).

2.3 Penanaman
2.3.1 Cara menanam
Ada dua macam cara yang biasa dipraktekkan para petani dalam menanam kedelai, yaitu dengan menabur dan membuat tugalan. Kedua cara ini mempengaruhi pertumbuhan dan hasil panen.
Menanam dengan cara menabur mengandung beberapa kelemahan antara lain pertumbuhan tanaman tidak seragam dan tidak merata, sebagian benih bisa tumbuh pesat sedangkan yang lain kerdil, bahkan ada pula yang sama sekali tidak tumbuh (mati). Disamping itu ada tanaman yang tumbuh mengelompok, sebaliknya ada pula tanaman yang tumbuh terpisah. Kelemahan yang lain ialah bahwa kebutuhan akan benih sangat banyak (boros). Menanam dengan cara menabur juga mengandung kelebihan yakni hemat waktu tenaga dan biaya.
Kelebihan penanaman benih dengan cara membuat tugalan antara lain jarak tanam bisa diatur sehingga jumlah benih yang dibutuhkan dapat diperhitungkan sebelumnya. Sedangkan kelemahannya ialah boros waktu, tenaga dan biaya dan bila cara ini dilaksanakan pada musim penghujan, pada areal yang draenasenya buruk, tugalan akan menahan air sehingga benih yang ditanam mudah menjadi busuk (AAK, 1989).

2.3.2 Jarak tanam dan jumlah biji
Jarak tanam pada penanaman dengan dengan membuat tugalan berkisar antara 20 - 40 cm. Jarak tanam yang biasa dipakai adalah (30 x 20) cm2, (25 x 25) cm2 atau (20 x 20) cm2.
Jarak tanam hendaknya teratur, agar tanaman memperoleh ruang tumbuh yang seragam dan mudah disiangi. Jarak tanam kedelai bergantung pada tingkat kesuburan tanah dan sifat tanaman yang bersangkutan. Pada tanah yang subur, jarak tanam lebih renggang, dan sebaliknya pada tanah tandus jarak tanam dapat dirapatkan.
Jika areal luas dan pengolahan tanah dilakukan dengan pembajakan, penanaman benih dilakukan menurut alur bajak, sedalam kira-kira 5 cm. sedangkan jarak antara alur yang satu dengan yang lain dapat dibuat 50 - 60 cm, dan untuk alur ganda jarak tanam dibuat 20 cm, dengan kedalaman 5 cm.
Untuk tanah yang kurang subur, setiap lubang diisi sekitar 3 - 5 benih, sedangkan untuk tanah yang subur cukup 2 - 3 benih perlubang. Setelah benih ditanam,  tugalan tadi ditutup dengan tanah gembur  dan tanpa dipadatkan. Batang tugal dapat dibuat sendiri  dari bahan kayu denga ukuran panjang kira-kira 100 cm, garis tengah kira-kira 5 cm, dan bagian ujung tugal diruncingkan sepanjang 4 - 5 cm.

BAB 3. PENDEKATAN TEORI
  
3.1 Dasar Rancangan Alat
3.1.1 Plat Geser  (Penakar)
Kosep yang digunakan untuk penakar ini berdasarkan pada percobaan awal yang telah dilakukan dimana didapatkan benih kedelai memiliki kebulatan kurang dari 100 % sehingga sistem plat geser sebagai penakar  ini dirasa lebih baik untuk digunakan.
Ukuran dari plat geser penakar ini disesuaikan dengan jumlah benih kedelai yang direncanakan untuk bisa masuk dalam lubang. Berdasarkan hasil penelitian oleh Tavakoli et al, (2009) varietas kultivar, ukuran kedelai yang didapatkan yaitu 5,41 sampai 8,25 mm sehingga diambil rata-rata 6,83mm, hal inilah yang menjadikan dasar asumsi dengan ukuran kotak takar 21 x 7 x 7 mm, jumlah kedelai yang dapat masuk dalam kotak takar minimal 2 benih, jumlah yang direncanakan 3 benih dan jumlah maksimal dilihat dari kemungkinan benih yang terjerat diantara celah benih yang lain yaitu 1 sampai 2 benih sehingga jumlah maksimal benih yang masuk ke dalam lubang tanam kemungkinan mencapai 5 benih. Jumlah benih yang masuk dalam lubang tanam lebih dari 4 benih tentunya tidak diharapkan.
 
  
3.1.2 Rancangan Penginjeksi
Perancangan penginjeksi atau pembuat lubang ini mengacu pada jenis lubang yang dibuat dimana menurut  Suprapto (1999), “kebiasaan petani dalam menanam kedelai dengan menugal tanpa diadakan penutupan kembali, maka bekas tugalan yang menghasilkan huruf V relatif lebih baik, Sebab luas singgungan kulit benih kedelai dengan partikel tanah akan lebih besar”. Oleh karena itu dalam pembuatan penginjeksi ini dibuat untuk jenis lubang berbentuk V.
Penginjeksi dihubungkan pada penekan dengan sebuah poros, pada poros tersebut terdapat pegas yang berfungsi sebagai pengangkat penginjeksi saat digunakan membuat lubang.

3.1.3 Kerangka Alat
Kerangka ini berfungsi sebagai tempat komponen utama seperti penginjeksi, plat geser serta wadah benih. Bahan yang digunakan sebagai kerangka ini berupa plat setrip berukuran lebar 1,5 cm yang dibentuk serta disambungkan secara permanen dengan las. Pada kerangka ini terdapat plat penarik plat geser, juga terdapat hoper sebagai pengarah benih yang jatuh dari plat geser menuju lubang.

3.1.4 Rumah Plat Geser
Rumah plat geser ini berfungsi sebagai tempat bekerjanya plat geser untuk menakar benih kedelai sekaligus menjatuhkannya pada lubang. Plat geser akan bergerak maju dan mundur di dalam rumahnya disebabkan oleh tarikan plat penarik pada saat maju dan juga pegas pada saat mundur. Pada rumah plat geser ini juga terdapat tabung tempat benih yang terbuat dari pipa PVC dan plat hoper pengarah benih menuju penakar yang terbuat dari plat besi, serta karet penahan benih yang berfungsi agar benih tidak keluar dari hoper namun pada saat plat geser tertarik benih tidak tersangkut. Semua komponen tersebut disusun sesuai gambar 3.4.
3.1.5 Rancangan Alat Secara Keseluruhan


BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN


4.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Rekayasa Alat Dan Mesin Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian, Fakulatas Teknologi Pertanian, Universitas Jember. Pelaksanaan penelitian dimulai bulan Juli 2013 sampai Selesai. Pengujian kinerja akan dilakukan di Desa Klatakan, Kecamatan Tanggul, Kabupaten Jember. Pelaksanaan pengujian dilakukan pada tanggal 25 September 2013.
4.2 Alat dan Bahan Penelitian
a.       Alat Penelitian
  1. las listrik
  2. bor listrik
  3. gerinda listrik
b.      Bahan Penelitian
1. kedelai
2. pipa pvc

4. gergaji
5. 1 set obeng
6. 1 set tang

3. plat besi
4. elektroda las listrik

7. penggaris
8. stopwatch
9. rol meter

4.3 Tahapan Penelitian
Penelitian ini terdiri dari tiga tahap yaitu perancangan, pembuatan dan uji kinerja alat. Dimana tahap penelitian dapat dilihat pada diagram alir penelitian (Gambar 4.1).


Diagram alir dari penelitian ini yaitu sebagai berikut.
4.4 Perancangan Alat
4.4.1 Gambaran Umum Rancangan
Alat yang akan dibuat pada penelitian ini tidak hanya digunakan untuk membuat lubang seperti halnya tugal tradisional, namun alat ini juga akan mengatur jumlah benih kedelai serta langsung memasukkan benih dalam lubang. Pada tugal tradisional hanya terdapat ujung runcing untuk membuat lubang namun pada alat yang dibuat pada penelitian ini ada bagian-bagian lain seperti tabung tempat benih kedelai, Plat geser (penakar) untuk mengatur jumlah benih yang akan masuk dalam lubang serta penginjeksi untuk membuat lubang.

4.4.2 Rancangan Bagian Fungsional
Bagian fungsional rancangan alat secara umum dapat dilihat pada Gambar 4.2. Mekanisme kerja dari masing-masing bagian tersebut yaitu benih kedelai dari ruang kedelai  jatuh pada plat geser atau penakar. Selanjutnya plat geser akan ikut tergeser oleh tarikan plat penarik pada saat tuas turun. Sehingga biji kedelai yang ada pada plat geser jatuh oleh gaya gravitasi mengikuti alur menuju lubang yang telah dibentuk oleh penginjeksi yang berbentuk kerucut.
4.5 Pembuatan Alat
Tahap pembuatan alat diawali dengan mempersiapkan bahan dan peralatan yang diperlukan seperti penyiapan pipa pvc berdiameter 2 inci untuk tabung tempat benih kedelai, plat besi strip dengan lebar 1,5 cm untuk kerangka utama,  plat lebar dengan ketebalan 2 mm untuk bahan hoper dan rumah plat geser, besi pejal sebagai bahan penginjeksi, besi beton sebagi poros, pegas, dan ban karet. untuk bahan penyambung yaitu las dan baut serta peralatan pendukung seperti palu, gergaji, bor listrik, obeng, tang jepit dan lain sebagainya. Selanjutnya bahan yang sudah ada dipotong dan dibentuk sesuai dengan ukuran. Dari bahan yang sudah dipotong dan disesuaikan bentuknya kemudian disatukan. Bagian yang disusun secara permanen disambung dengan las, sedangkan yang tidak permanen disambungkan dengan baut atau sekrup dan mur.
4.6 Uji Fungsional
Uji fungsional alat dilakukan dengan mencoba menggunakan alat hasil rancangan untuk mengetahui kesesuaian alat dengan tujuan pembuatan yaitu alat dapat membuat lubang pada tanah, menentukan jumlah benih serta dapat langsung memasukkan benih dalam lubang. Proses pengujiannya dilakukan dengan mengisikan benih dalam ruang benih secukupnya,  selanjutnya alat diposisikan diatas tanah yang akan ditanami kedelai sebagai ujicoba, tuas ditekan hingga terbuntuk lubang selanjutnya tuas diangkat kembali dan dilihat hasilnya.  
4.7 Uji Kinerja
4.7.1 Tujuan Pengujian
Tujuan uji kinerja ialah untuk memperoleh informasi tentang performansi teknis alat hasil rancangan, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menilai kinerja alat tersebut.          
4.7.2 Parameter Pengujian
Untuk parameter pengujian terdiri dari 3 aspek yaitu: kapasitas kerja dan mutu kerja.

4.7.3 Data yang diperlukan
Beberapa data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data jumlah benih yang masuk dalam lubang untuk menentukan mutu kerja alat, kecepatan penanaman dalam satuan waktu untuk menentukan kapasitas kerja alat. Selain itu, data antropometri orang Indonesia sebagai standar untuk menentukan tinggi kerangka alat yang akan dibuat sehingga pengguna akan merasakan nyaman, hal ini untuk menentukan ergonomika alat.
4.7.4 Cara Pengujian
a. Kapasitas Kerja

Pengambilan data kapasitas kerja dilakukan dengan melakukan penugalan dengan jarak 20 meter (100 lubang) sekaligus menghitung waktu yang diperlukan. Pengujian dilakukan sebanyak tiga kali sehingga didapat data rata-rata dalam meter per jam. 
b. Mutu Kerja Alat
Parameter yang digunakan dalam pengujian mutu kerja alat yaitu kedalaman lubang, jumlah benih yang masuk dalam lubang yaitu 2-3 benih, jumlah lubang yang tidak terisi benih, jumlah lubang yang terisi benih lebih dari 3, jumlah lubang yang terisi benih kurang dari 2.
c. Aspek Ergonomika Alat
Pembuatan suatu alat tentunya harus diperhitungkan tingkat ergonomika atau kenyamanan dan kemudahan bagi para penggunanya. Hal ini berguna agar penggunaan alat tidak mengganggu kesehatan baik sementara maupun secara permanen. Data  Antropometri digunakan untuk menentukan bentuk, ukuran, dimensi yang tepat berkaitan dengan peralatan yang dirancang, dan manusia yang akan mengoperasikan peralatan tersebut.
Penentuan tingkat ergonomika pada alat ini akan dipengaruhi oleh faktor berat alat, diameter pegangan dan ketinggian pegangan alat. Bagian tubuh yang akan merasakan dampak dari tidak ergonomisnya alat yaitu bahu, punggung bagian atas, punggung bagian bawah, siku dan pergelangan tangan.

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN


5.1 Dimensi Kedelai yang Digunakan
Dalam pembuatan suatu alat tanam kedelai tentunya perlu mengetahui karakteristik dari benih tersebut khususnya dalam pembuatan alat tanam, sifat yang perlu diketahui yaitu sifat fisik yang meliputi bentuk dan ukuran. Dalam penelitian ini untuk percobaan alat tanam, kedelai yang digunakan adalah varietas wilis dengan panjang 5,7 – 7,3 mm, lebar 5,0 – 6,2 mm, dan ketebalan 3,7 – 5,0 mm. ukuran kedelai yang digunakan dalam penelitian yang diambil secara acak dapat dilihat pada table 5.1 sebagai berikut.
Tabel 5.1 Ukuran Biji Kedelai
No
P (mm)
L (mm)
T (mm)
No
P (mm)
L (mm)
T (mm)
1
7
5,7
4,9
16
6,7
5,5
4,5
4,2
2
3
6,5
5,7
4,5
17
6,6
5,4
6,4
5,4
4,8
18
6,8
5,8
5,0
4
6,4
5,5
4,4
19
6,8
5,9
4,6
5
5,7
5,0
3,7
20
6,1
5,5
4,0
4,6
6
6,9
5,7
4,5
21
6,4
5,6
7
6,2
5,5
4,5
22
6,8
6,2
5,0
8
6,4
5,4
4,6
23
6,1
5,4
4,5
9
6,2
5,4
4,3
24
6,2
5,7
4,3
10
6,5
5,4
4,4
25
6,4
5,5
4,4
4,8
11
12
7,3
5,8
4,5
26
6,6
5,9
5,8
5,2
4,0
27
6,0
5,2
4,1
13
6,5
5,7
4,8
28
6,5
5,3
3,7
4,3
14
6,6
5,6
4,6
29
6,4
5,4
15
5,7
5,2
4,0
30
6,8
5,5
4,5
Rata-rata
6,44
5,53
4,43
Ukuran maksimal
7,3
6,2
5,0
Ukuran minimal
5,7
5,0
3,7
Sumber: Data primer diolah (2013)

5.2 Deskripsi Lokasi Pengujian
Kondisi dan lokasi pengujian pada alat tanam kedelai yaitu sebagai berikut.
Jenis lahan                   : Tegalan
Tanggal pengujian       : 25 September 2013
Lokasi pengujian         : Desa Kelatakan, Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember
Dimensi lahan             : (8 x 2,5) meter persegi
Topografi tanah           :Datar, kondisi lahan dikelilingi pepohonan yang rindang
Kedelai yang ditanam :
-          Varietas kedelai    : Wilis
-          Jarak perbaris        : 0,2 meter
5.3 Gambar dan Spesifikasi Alat
Gambar alat penanam kedelai hasil rancangan pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 5.1 sebagai berikut.
Sedangkan untuk spesifikasi alat sebagai berikut.
Tinggi  tugal                                        : 120 cm
Berat kosong                                       : 1,25 Kg
Volume Tabung  benih                        : 530 cm3
Kemampuan tanam per tabung benih : ± 315 m
Kedalaman lubang                              : 3 cm
5.4 Uji Fungsional
Uji fungsional dilakukan pada tiga aspek yaitu pembuatan lubang, pengaturan jumlah benih dan pemasukan benih dalam lubang. Untuk pembuatan lubang kedalaman yang didapat yaitu 3 cm, hal ini sesuai dengan rancangan.  Kendala terjadi pada pengaturan benih dan juga pemasukan benih dimana untuk pengaturan jumlah benih terlalu banyak 4-7 benih, sedangkan untuk pemasukan jumlah benih sering kali beberapa benih tidak masuk karena penahan atau pengarah benih kurang tinggi. Dengan kekurangan yang terjadi maka dilakukan perbaikan hingga yang didapat hasil sesuai dengan tujuan yaitu 2-3 benih, sedangkan untuk pemasukan benih dimodifikasi hingga benih yang tidak masuk lebih sedikit.
5.5 Uji Kinerja
Uji kinerja alat ini ditujukan untuk mengetahui kemapuan alat saat digunakan untuk menanam kedelai. Data yang akan diambil dalam uji kinerja ini adalah kecepatan penanaman yang akan digunakan untuk mengetahui kapasitas kerja, kedalaman lubang serta jumlah benih yang masuk untuk mengetahui mutu kerja alat, dan kenyamanan pengguna untuk mengetahui tingkat ergonomika alat.
5.5.1 Kapasitas Kerja
Dalam pengujian kapasitas kerja alat ditentukan dengan kecepatan penanaman. Pada pengujian ini untuk jarak benih perbaris menggunakan jarak yang umum digunakan yaitu 0,2 m. Pengambilan data kecepatan kerja alat dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan pada jarak 20 meter. Dengan asumsi sepanjang 20 meter bila jarak antar benih tiap baris 0,2 meter maka akan terdapat 100 lubang. Kecepatan rata-rata dengan tiga kali pengulangan didapatkan yaitu yaitu 363,69 m/jam.
5.5.2 Mutu Kerja Alat
Kemampuan alat dalam melakukan kerja yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan tentunya memerlukan pengujian untuk mengetahuinya. Dalam hal ini pengujian yang dilakukan untuk mengetahui mutu kerja alat yang telah dibuat yaitu mengukur kedalaman lubang, dan menghitung jumlah benih yang masuk dalam lubang.
a.    Kedalaman lubang
Kedalaman lubang yang diharapkan dalam penanaman kedelai yaitu 3–5 cm. pada alat penanam kedelai yang dibuat dalam penelitian ini, kedalaman lubang dibuat terbatas yaitu sedalam 3 cm, hal ini karena pada bagian dasar dari alat penanam ini terdapat plat sebagai penahan penginjeksi. Kedalaman lubang sedalam 3 cm yang direncanakan ini karena mempertimbangkan tenaga yang diperlukan untuk membuat lubang, karena semakin dalam lubang yang mampu dibuat tentunya memerlukan tenaga yang lebih besar juga. Sehingga alat ini dirancang kedalaman lubang yang paling dangkal yaitu sedalam 3 cm untuk meminimalkan tenaga yang dikeluarkan oleh pengguna. Berikut ini data hasil percobaan kedalaman lubang yang dihasilkan.
Tabel 5.2 Persentase jumlah lubang yang sesuai spesifikasi alat
Kedalaman lubang
Percobaan 1 (lubang)
Percobaan 2 (lubang)
Percobaan 3 (lubang)
% rata-rata
3 cm
< 3 cm
79
21
81
19
92
8
84 %
16 %
jumlah lubang
100
100
100

Sumber: Data primer diolah (2013)
Dari data pada tabel diatas terdapat kedalaman lubang yang kurang dari 3 cm yaitu sebesar 16%, hal ini karena beberapa faktor yaitu kemiringan dan bentuk kontur tanah.
b.   Jumlah benih kedelai
Untuk pengujian mutu jumlah benih yang masuk dalam lubang dilakukan  dengan penghitungan secara langsung pada tiap lubang sebanyak 100 lubang dengan 3 kali pengulangan. Setandar mutu yang diharapkan untuk masing-masing lubang yaitu 2-3 benih. Data hasil pengujian jumlah benih yang telah dilakukan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.
Tabel 5.3 Jumlah biji yang masuk dalam lubang
jumlah biji per lubang
percobaan 1 (biji)
percobaan 2 (biji)
percobaan 3 (biji)
total
%
0
0
0
0
0
0.0
1
3
0
8
11
3.7
2
29
40
60
129
43.0
3
61
56
31
148
49.3
4
7
4
1
12
4.0
Jumlah
100
100
100
300

Sumber: Data primer diolah (2013)
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa 92,3% jumlah benih yang sesuai dengan standar yaitu 2-3 benih perlubang, sedangkan yang tidak sesuai baik kurang maupun lebih dari 2-3 benih perlubang sebanyak 7,7%. Terjadinya jumlah benih yang tidak sesuai dengan yang diharapkan ini karena beberapa faktor yaitu jumlah benih yang lebih dari 4 perlubang disebabkan karena variasi diameter benih yang kecil semua , sehingga penakar yang dirancang dengan jumlah benih maksimal 3 benih dengan diameter rata-rata 6 mm, bila masing-masing benih berdiameter kurang dari rata-rata dimana hasil pengukuran dimensi benih menunjukkan ukuran terkecil benih berdimensi panjang 5,7 mm, lebar 5,0 mm dan tebal 3,7 mm, maka penakar akan terisi lebih dari 3 benih, begitupun sebaliknya.
5.6 Kebutuhan Tenaga per Lubang
Tenaga yang digunakan untuk mengoperasikan alat penanam kedelai ini menggunakan tenaga manusia. Sehingga diharapkan daya yang dibutuhkan tidak melebihi kemampuan manusia dalam menggunakan tenaganya. Untuk pengambilan data, dilakukan dengan memberikan beban pada penginjeksi hingga terbentuk lubang dengan kedalaman 3 cm, selanjutnya ditimbang beban yang digunakan.
Tabel 5.4 Percobaan pengukuran kebutuhan daya
Percobaan
Gaya yang dibutuhkan (Newton)
1
2
3
17,4
20,74
18,82
Rata-rata
18,99
Sumber: Data primer diolah (2013)
 Gaya yang dibutuhkan yaitu 18,99 Newton dan waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak 0,03 meter adalah 0,1 detik, maka energi dan daya yang dekeluarkan yaitu:
E    = 18,99 kg m/s2 x 0,03 m
            = 0,57 joule
Daya yang dibutuhkan yaitu:
P    = 0,57 joule/0,1 s
            = 5,7 watt
Jadi daya yang diperlukan alat untuk membuat satu lubang yaitu 5,7 watt.
5.7 Aspek Ergonomika Alat
Pada penelitian ini aspek ergonomika ditekankan pada kenyamanan pegangan penekan baik diameter maupun ketinggian pegangan. Diameter pegangan dirancang dengan ukuran 2,2 cm, namun setelah diuji pegangan dirasa kurang nyaman untuk pengguna karena kurang besar. Sehingga diameter pegangan ditentukan dengan mengikuti diameter pegangan pada sepeda motor yaitu 3,4 cm, hal ini karena diameter pegangan sepeda motor tentunya dibuat sesuai kenyamanan penggunanya berdasarkan data antropometri. Pegangan dibuat memanjang sehingga bisa digunakan oleh pengguna dengan tinggi badan yang bervariasi.  
5.8 Analisis Biaya
5.8.1 Biaya Pembuatan Alat
Biaya pembuatan alat tanam dihitung berdasarkan dari harga kebutuhan bahan baku, biaya bubut, dan pengelasan. Rician biaya yang diperlukan untuk pembuatan alat tanam secara rinci sebagai berikut.
Tabel 5.5 Rincian biaya pembuatan alat
Bahan
Jumlah
Rincian Bahan
Harga (Rp)
Plat setrip
1
1 meter
3.000
Plat lembar
2
200 cm2
4.500
Pipa paralon
1
30 cm
2.000
Besi pejal
1
Diameter 5cm
9.000
Baut 8
12
ukuran 8
6.000
Biaya Bubut


110.000
Biaya  las


100.000
Total Biaya


234.500
Sumber: Data primer diolah (2013)
Untuk menentukan harga alat berdasarkan total biaya dari pembuatan alat yaitu Rp 234.500, sedangkan untuk biaya operasional alat dapat digunakan asumsi sebagai berikut.
a)      Harga alat tanam (P) = Rp. 234.500,-
b)      Perkiraan umur ekonomis (L) = 5 tahun
c)      Penggunaan alat pertahun (U) = 120 jam, diasumsikan lama kerja per hari 8 jam dengan durasi masa tanam kedelai tiap tahun 15 hari.
d)     Harga jual kembali (S) = 0
e)      Kapasitas kerja = 363,69 m/jam, dengan asumsi jarak baris tanaman 0,4 m maka didapatkan: 0,4 m x 363,69 m/jam = 145,48 m2/jam. Jadi dalam 1 hektar dapat diselesaikan selama 68,74 jam.
f)       Biaya pekerja per jam = Rp. 5000,-
5.8.2 Penyusutan Alat per Tahun
Penghitungan penyusutan harga alat setiap tahunnya ini ditujukan untuk menentukan pendapatan yang harus diterima dalam penggunaan alat sehingga tidak terjadi kerugian. Metode yang digunakan untuk menghitung penyusutan ini dengan metode garis lurus sehingga tidak memperhitungkan suku bunga bank.
D =  ( 234.500 )
                5
    = Rp. 46.900,-/tahun
5.8.3 Pendapatan penggunaan alat
Jika masa kerja alat per tahun 120 jam, maka pendapatan alat per tahun adalah.
a)      Kemampuan tanam per tahun (120 jam : 68,74 jam/ha) = 1,76 ha
b)      Ongkos penanaman per hektar = Rp. 450.000,-
c)      Pekerja per jam = Rp. 5000,-
Pendapatan per tahun = (Rp. 450.000,-/ha x 1,76 ha) – (Rp. 5000,-/jam x                          120 jam)
= Rp. 192.000,-
5.8.4 BEP/Break Even Point
BEP/Break Even Point merupakan suatu kondisi dimana tidak mendapatkan keuntungan maupun kerugian dengan kata lain kondisi keuntungan maupun kerugian pada posisi nol. Yang mennjadi parameter penentuan BEP yaitu biaya tetap (Invesatasi), harga jual (pendapatan), dan biaya variabel (opearasional).
a)      Harga alat = Rp. 234.500,-
b)      Pendapatan per hektar = Rp. 450.000,-
c)      Ongkos pekerja 68,74 jam/ha = Rp. 343.700,-

BEP =                       Rp.234.500,-                  .     = 2,21 ha
(Rp.450.000 - Rp.343.700)
Jadi penggunaan alat akan ada pada posisi tidak memperoleh keuntungan namun juga tidak menerima kerugian apabila sudah bekerja dengan luas lahan 2,21 hektar.

BAB 6. PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
  1. Alat tanam kedelai yang dibuat pada penelitian ini pada umumnya sudah sesuai dengan tujuan yaitu mampu membuat lubang, mengatur jumlah benih yang dibutuhkan, dan juga dapat memasukkan benih langsung dalam lubang.
  2. Hasil uji kinerja alat tanam kedelai pada penelitian ini yaitu sebagai berikut.
a)      Kedalaman lubang yang mampu dibuat sedalam 3 cm mencapai 84% dan yang kurang dari 3 cm sebanyak 16%.
b)      Jumlah benih yang masuk dalam lubang yang memenuhi syarat 2-3 benih per lubang sebesar 92,3% dan yang kurang memenuhi syarat 7,7%.
c)      Kapasitas kerja alat penanam kedelai ini yaitu 363,69 m/jam.
d)     Daya yang dibutuhkan untuk membuat satu lubang yaitu 5,7 watt.
e)      Titik impas (BEP) untuk penggunaan alat ini apabila sudah melakukan penanaman pada luas lahan 2,21 ha.
6.2 Saran
Kekurangan alat tanam kedelai ini yang nampak pada saat percobaan diantaranya hoper tempat jatuh kedelai dari penakar  kurang tinggi, serta pegangan kurang kokoh. Disarankan untuk melakukan  modifikasi ulang sehingga menjadikan alat tanam kedelai ini lebih baik lagi dan benar-benar dapat digunakan sebagai alat tanam kedelai yang lebih baik dari alat tanam kedelai tradisional maupun alat tanam kedelai yang sudah ada sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA


AAK. 1989. Kedelai. Yogyakarta: Kanisius.
Suprapto. 1999.  Bertanam Kedelai. Bogor: PT Penebar Swadaya, IKAPI.
Tavakoli, H. 2009. Moisture-Dependent Some Engineering Properties of Soybean Grains. Department of Agricultural Machinery Engineering, Faculty of Biosystems Engineering, University of Tehran.            (http://www.cigrjournal.org/index.php/Ejounral/article/viewFile/1110/1152) [Diakses 10 April 2013].
Yuwono, S.(Tanpa Tahun). Karakterisasi Fisik, Kimia dan Fraksi Protein 7s dan 11s Sepuluh Varietas Kedelai Produksi Indonesia. Malang: Fakultas Teknologi Pertanian UB.